Sabtu, 22 Mei 2010

Ini Aku, Apa Adanya

Posting ini sekadar menceritakan siapa saya, bukan untuk pamer atau hal apapun. Saya lahir dengan nama lengkap "Putri Ayu Handayani" di sebuah kota di timur Indonesia, kota Merauke pada tanggal 16 Maret 1988. Kenapa saya bisa lahir di kota yang sejauh itu? Berdasarkan ceritera dari orangtua saya, saat itu setelah mama dan papa saya menikah, papa dipindahtugaskan ke kota itu, sehingga saya besar di perut mama di kota itu dan dilahirkanpun di kota yang sama. Orangtua saya, papa "Nanan Kusnandi" dan mama "Dwi Wulan Andadari". Saat usia saya dua tahun, mereka mengembalikan saya ke kota asal mama, Cimahi Jawa Barat. Katanya, saat itu saya amat dirindukan oleh keluarga besar, karena semenjak saya lahir mereka belum sempat menengok saya. Saya merupakan cucu pertama perempuan bagi kakek dan nenek saya. Bisa dibayangkan saat itu, pasti saya dipangku bergantian oleh semua keluarga.

Punya adik kecil ..
Ketika saya memasuki jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak, orangtua saya memberikan seorang adik kecil "Nanda Dewi Yuniar". Seingat saya, saat itu saya jealous karena orangtua saya lebih memperhatikan adik saya (wajar, perasaan anak kecil usia empat tahun). Saya jadi lebih senang menyendiri sampai menjelang remaja.

Kemudian kami (saya dan adik saya) diboyong ke Bandung karena saat itu alhamdulillah papa sudah bisa membeli rumah sendiri, lagi-lagi orangtua saya memberikan saya adik laki-laki "Faza Aditya Farizki". Saya mengalami pendidikan pertama di sebuah sekolah dasar "SD Kartika Chandra" di sekitar jalan Taman Pramuka Bandung. Disini saya terlihat mandiri, saya mengerti keadaan mama yang sibuk di rumah mengurusi adik-adik sehingga tidak bisa menjemput saya sepulang sekolah (sementara saya iri dengan tema-teman yang dijemput orangtuanya). Namun saat itu, saya berbeda dengan mereka, saya pulang naik angkutan kota (padahal jarak rumah saya di riung bandung lumayan jauh dari sekolah yang berada di taman pramuka). Sayangnya, petualangan saya di Bandung ini berakhir, padahal saya memiliki banyak teman disana. Bersepeda bersama, belajar bersama, mengaji bersama, saya masih ingat beberapa pengalaman bersama teman-teman kecil saya. Orangtua saya memboyong kami kembali ke kota Cimahi saat kakek saya telah kembali pada-Nya. Sayapun meneruskan sekolah di sebuah Sekolah Dasar ("SD Widyawan II) di Cimahi menjadi seorang "anak baru". Karena saya merasa asing, saya hanya menjadi anak yang pendiam, yang hanya bicara jika ditanya, anak yang pasif, berbeda dengan yang lain. 

Lalu sayapun tumbuh menjadi ABG, saya melanjutkan di SMP Negeri 3 Cimahi, saya memiliki beberapa teman disana. Di usia inipun, orangtua saya memberikan adik kembali "Naufal Qodri Ramadhan". Lagi-lagi orangtua saya memberikan hadiah itu. Saya bahagia memiliki mereka, walau terkadang saya harus mengalah untuk mereka, walau saya harus menelan sakit jika orangtua saya membela mereka, walau saya harus selalu menjadi contoh untuk mereka, dan walau saya harus terlihat sempurna di mata mereka.

Cinta Pertama ..
Masih di bangku Sekolah Menengah Pertama, di sini saya menemukan cinta pertama saya (ngga perlu disebutkan nama atau inisialnya). Saya menyukainya, saya sering memperhatikannya dari kejauhan, saya mengaguminya saat itu. Namun tidak ada keberanian dari hati saya untuk membicarakan perasaan saya (saat itu mungkin orang menyebutnya cinta monyet). Bersama sahabat saya "Silfi Annisa", suatu hari saya pernah mengikuti "kecengan" saya ini sampai ke rumahnya dengan tujuan saya mengetahui lokasi rumahnya. (Benar-benar hal memalukan..) Namun karena saya tidak mendapatkan lelaki itu, sayapun ingin mengikuti trend ABG saat itu, yakni "punya pacar". Sayapun menerima "tembakan" seorang pria dengan tujuan ingin menunjukkan pada teman-teman bahwa sayapun bisa memiliki pacar seperti mereka (saat itu saya memutuskan untuk backstreet dari orangtua saya karena saya merasa belum layak untuk menjalin hubungan lebih dengan teman lelaki). Ya, saya sempat dekat dengan beberapa lelaki di usia ini. Sayapun sempat merasa bangga dengan diri saya, dengan nilai raport ber-ranking, saya merasa bahagia bisa membuat orangtua saya tersenyum.

Kemudian saya memasuki usia remaja, saya memasuki sekolah Menengah Atas Negeri 3 Cimahi. Banyak hal yang saya lalui di usia ini, suka duka, tawa dan tangisan pun mewarnai. Saat itu saya sempat menyakiti sahabat saya sendiri, saya merebut kekasihnya yang semula sayapun tidak pernah bermaksud untuk menyakitinya. Mungkin sampai hari ini dia masih tidak mau menganggap saya ada. Sayapun sempat menjalin hubungan dengan beberapa teman satu sekolah, dan saya juga memiliki sahabat baik yang sampai hari ini masih berhubungan baik dengan saya. Lagi-lagi, saya menyukai seseorang saat itu, saya hanya bisa memperhatikan ia dari kejauhan, saya hanya bisa memandangnya sari kejauhan. Itu sudah cukup bagi saya, dia penyemangat saya saat itu. Namun sayang perasaan ini hanya bisa saya pendam dalam hati, karena saya tipe perempuan yang tidak bisa menunjukkan perasaan terlebih dahulu. Sampai akhirnya saya TERPAKSA menjalin hubungan dengan seseorang yang SALAH! Saya amat menyesali adanya hubungan itu!! Tapi apa lagi yang bisa saya lakukan, penyesalan memang selalu di akhir!! Sudahlah, untuk hal ini tidak penting untuk dibahas.

Mencari Jati Diri ..
Di usia ini pun saya ingin mengetahui dan mencari jati diri saya. Saya menyukai seni, terutama modeling dan juga foto. Saya sempat mengikuti sekolah modeling di suatu tempat dan juga sempat mengikuti beberapa lomba modeling. Sayapun menunjukkan pada orangtua saya bahwa saya ingin serius di bidang ini Berulang kali saya mengirimkan foto saya sendiri ke beberapa agency di ibukota. Namun saat saya mendapat surat panggilan untuk casting di Jakarta, orangtua saya terutama papa tidak mengijinkan saya. Ini merupakan hal yang tidak terlupakan, disaat saya ingin menentukan jalan hidup saya, namun orangtua saya kurang mendukung. Hal ini menyebabkan saya lebih pendiam, pemurung, dan penyendiri. 

Saya tahu  dan mengerti papa sangat mengharapkan saya berhasil di dunia pendidikan, bukan di dunia yang lain seperti yang saya cita-citakan. Pada akhirnya saya mengikuti keinginan papa, saya melanjutkan kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta (Unisba) dengan mengambil sembarang jurusan (Psikologi yang saat itu saya pilih). Ternyata saya hanya tahan menjalaninya 2 semester saja. Saya mengeluarkan diri dari sekolah itu!! Saya tahu papa kecewa saat itu, tapi mau bagaimana lagi? Saya tidak tahan lagi berada disana, entah karena alasan apa! Yang pasti saat itu saya yakin "Cita-cita saya tidak mungkin tercapai, karena yang saya butuhkan hanya support dari orang tua saya sendiri"!! Akhirnya saya memutuskan untuk belajar di tempat yang "agak" saya sukai yakni pendidikan Guru taman kanak-kanak, yang memberikan saya banyak pengalaman. Sayapun akhirnya menjadi seorang ibu guru di sebuah taman kanak-kanak. Hal menyenangkan dalam hidup saya bisa menjadi seseorang yang bertugas mulia, walaupun tidak seperti yang papa inginkan. Untuk papaku : "Maafin aku, Pah, sampai hari ini tidak bisa menjadi kebanggaan untuk papa, tidak bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adik, tidak bisa jadi yang terbaik untuk kalian" ...
Pelabuhan Terakhir, Insyaallah..
Di tengah perjalanan saya di usia remaja, saya dipertemukan dengan seorang lelaki (yang saat ini menjadi suami saya). 3 Tahun kami saling mengenal, tidak selalu tawa yang mengiringi perjalanan kami ini. Tidak sedikit godaan yang seolah-olah ingin memisahkan kami. Bahkan ketika saya ingin berpisah, ia begitu mempertahankan saya, entah apa alasannya. Yang pasti, saya tidak tahu apa jadinya saya saat ini jika saat itu ia menerima keputusan saya untuk berpisah. Dan hal inipun tidak hanya sekali terjadi, lagi-lagi ia mengalah dengan terus mempertahankan hubungan ini. Bukan hanya ia yang sering sakit hati dengan kelakuan saya, sayapun sering sekali menangis karena ulahnya. Sampai-sampai disaat kami menjelang hari pernikahan yang telah ditentukan oleh keluarga, saya masih sempat ragu untuk melanjutkan acara besar ini.

Married..
Dengan menyebut "BISMILLAH", saya siap hidup bersama dengannya. 05 Juli 2009 hari dimana kami berjanji disaksikan semua keluarga besar, juga kerabat dekat. Disaat acara siraman (sungkeman tepatnya), rasanya banyak hal yang ingin saya katakan pada kedua orangtua saya. Permintamaafan saya karena sampai saya menikah belum bisa membanggakan mereka, rasa penyesalan saya belum bisa menjadi anak yang berbakti sepenuhnya, dll. Namun hanya bisa saya lontarkan dalam hati saja, saya tidak mampu untuk berkata saat itu, hanya tangisan yang terlihat dari fisik saya. "Terimakasih untuk segalanya, Mama, Papa .."

Mudah-mudahan saya bisa menjadi istri yang baik untuknya dan juga ibu yang baik untuk anak-anak saya kelak. Saya mulai dari hal kecil, berusaha ada disaat ia butuhkan, berusaha menjadi motivator yang baik untuknya, penyemangatnya, belajar memasak untuk membuatnya betah di rumah, dan lain-lain. Untuk suamiku : "Terimakasih bisa nerima aku apa adanya, maaf INI AKU, APA ADANYA, masih banyak kekurangannya.."

3 komentar:

  1. saluttttttttttt..
    kata2nya pas...
    tp kecewa gak ada nama suaminya yah...hehe

    BalasHapus
  2. hahaaaa :D
    biarlah ngga ada nama suaminya di blog ini, tapi insyaallah di hati selalu tertulis nama itu !!!?? :*

    BalasHapus