Kamis, 16 September 2010

My August .. :)

Istana sederhana, tempat kami berteduh..
Dua minggu sudah kami hidup berdua di istana sederhana kami ini. Istana tempat kami berteduh, yang dapat berdiri dengan beberapa perjuangan juga rintangan yang harus kami lewati. Syukur alhamdulilah, pada usia satu tahun pernikahan, kami sudah dapat hidup berdua, lepas dari orang tua, dan merasakan perjalanan rumah tangga yang sesungguhnya. Ya, dengan hidup hanya berdua dalam satu atap seperti ini, saya dan suami dapat merasakan pahit manisnya berumah tangga tanpa campur tangan siapapun. Segala hal yang berkenaan dengan isi rumah, menu masakan, belanja bulanan, pemasukan dan pengeluaran, selalu kami bicarakan berdua.

Mulai dari nol..
Ini yang selalu mama dan papa kami tekankan. “Jangan neko-neko, hidup apa adanya, jangan selalu menuntut hal yang sebenarnya belum diperlukan..” Itulah beberapa  pesan dari kedua orangtua kami. Pesan yang akan selalu kami ingat dan akan kami tiru contoh yang amat terpuji itu. Insyaallah, saya akan terus dan terus belajar menjadi istri yang sempurna di mata suami dan orang tua saya. Amin..

Belajar dan terus belajar..
Ya, dalam segala hal saya akan belajar memperbaiki diri untuk mendekati kesempurnaan. Saya ingin menjadi istri yang sempurna di matanya. Bulan ramadhan ini mudah-mudahan bisa menjadi moment untuk pembelajaran saya. Disaat badan masih lemas dan mengantuk, saya harus memasak untuk makan sahur kami berdua.  Untuk membangunkannya dari tidurpun terkadang saya kesusahan dan kesal karena sulitnya ia dibangunkan. Saya juga harus mencari menu masakan yang mudah untuk hidangan sahur dan berbuka puasa selanjutnya agar ia tidak bosan dengan menu yang ada. Inilah saya apa adanya.. Bantu aku untuk menjadi yang kamu mau, sayang..

Aku percaya kamu, suamiku..
Ketika suami saya sedang berkirim pesan lewat telepon genggamnya, terkadang hati kecil saya bertanya-tanya. “Sedang apa suami saya ini, dengan siapa ia berkirim pesan itu, apa yang mereka bicarakan, mengapa terlalu sering handphonenya berdering?!!!” Ingin rasanya melihat isi pesan dalam handphonenya itu tanpa sepengetahuannya, dan  ingin rasanya mengecek nomor yang masuk dan juga nomor yang keluar. Hmmftt.. Ya Allah, jauhkan pikiran negatif ini. Dia suamiku, dia sudah memilih aku untuk menjadi pendampingnya seumur hidup, maka tidak mungkin dia mengecewakanku!!! Dia suamiku, dia sudah menyingkirkan yang lainnya demi aku, maka tidak mungkin dia berpaling kembali pada wanita di masa lalunya!!! Dia suamiku dan akan terus menjadi suamiku yang paling hebat, suami yang tidak lupa pada janji dan komitmennya.

Dia, lelaki hebat..
Saya bahagia melihatnya rela berkotor-kotor demi memperbaiki atap rumah yang sedikit bocor ketika hujan lebat. Saya kagum melihatnya mengeluarkan tenaga lebihnya untuk memasang lampu-lampu di rumah baru kami, juga memasangkan beberapa selot pada pintu rumah agar dia tidak terlalu khawatir ketika meninggalkan saya seorang diri di rumah. Saya terharu melihatnya mau terjun ke dapur untuk membantu saya menyiapkan menu makanan untuk kami nikmati berdua, bukan hanya itu iapun mengajarkan saya membuat beberapa menu makanan. Saya bangga melihatnya rela kelelahan demi mendapatkan nafkah untuk menghidupi saya, istrinya. Maka dari itu, saya tidak mengeluh untuk mencucikan pakaiannya, membersihkan sepatunya, menyiapkan menu makanannya, dan segala kebutuhannya. Beberapa keluhan yang terlontar dari mulut saya, itu hanya sedikit akal untuk mencari perhatiannya ketika ia memiliki waktu untuk berada di samping saya. Tidak jarang saya merengek meminta pijitan lembutnya untuk mengobati kelelahan ini…

Rejeki yang terus mengalir..
Alhamdulillah, sejak kami pindah di rumah ini (tepatnya sejak detik detik datangnya bulan ramadhan), rejeki terus saja mengalir. Disaat keuangan sudah minim, ada saja rejekinya. Doa kami didengarNya, subhanallah… Mudah-mudahan ramadhan kali ini menjadi bulan yang sangat mulia bagi kami dan mudah-mudahan rumah ini membawa berkah dan rejeki yang barokah dari Allah, amin.

Tak kunjung hadir..
Sedih, akupun sedih dengan kondisi ini. Bingung, akupun bingung menghadapi  pembicaraan mereka. Bukan salahku juga bukan salahmu atas harapan yang tak kunjung hadir ini. Hanya waktu yang dapat menjawabnya, biarkan mengalir apa adanya. Tak perlu dengar berbagai ucapan dari luar sana. Yakinlah, Allah tahu yang terbaik untuk kita, kemarin, saat ini dan esok hari.

Putri,  Agustus 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar