Selasa, 08 Juni 2010

Bisa karena Terbiasa ..

"Putri bukanlah seorang yang mandiri, yang bisa melakukan apapun seorang diri. Tetapi dengan berubahnya kehidupan (status) putri, dengan dimulainya lembaran baru, maka mau tidak mau putri harus memaksakan diri untuk berubah, yang tujuannya untuk kebaikan putri sendiri. Yang bisa membantu hanyalah diri putri sendiri.
Pelan-pelan putri bisa menjalani semuanya..
- Merasakan bangun pagi dan lalu menyiapkan segala kebutuhannya . 

- Eksperimen memasak, walaupun dapur menjadi berantakan, dan rasa masakannyapun juga (.......). Namun dia tetap memberikan semangatnya, dan berkata "Enak qo..." (sampai kapan dia menyembunyikan kata-kata itu, berbohong demi menyenangkan hati putri??). 
- Mencuci baju.. (Putri tidak bisa mengoperaskan mesin cuci, akhirnya baju-baju kotor hanya direndam detergen plus pewangi , tanpa di kucek atau apalah itu).


Terkadang disaat putri capek melakukan rutinitas itu, sementara dia baru pulang dari kantor lalu minta dibuatkan segelas teh atau kopi , rasanya marah sekali!! "Ngga tau apa istrinya ini capek banget? Ngga tau apa istrinya ini ngga biasa melakukan aktifitas kayak gini? Udah untung istrinya ini mau berubah dan mau belajar sedikit demi sedikit.." Itulah beberapa keluhan putri disaat badan terasa capek. Tapi dipikir-pikir, dia juga lebih capek diluar sana dengan tugas-tugasnya demi menafkahkan putri. Mau ngga mau, capek ngga capek, sudah tugas putri untuk sekadar membuat segelas teh atau kopi." 26 Agustus 2009 ...

Bloggy, tulisan tersebut adalah curahan hati saya satu bulan setelah menjalani rumah tangga, yang saya tulis dalam notes di acoount Facebook saya. Saya tidak pernah membayangkan menikah secepat ini, di usia 21 tahun. Karena saya merasa belum bisa mengurus diri sendiri, apalagi mengurus anak oranglain yang nantinya menjadi suami saya. Namun ternyata kedewasaan saya tumbuh seiring dengan waktu. 

Tanpa sadar, saya belajar setiap harinya. Mula-mula saya belajar memberanikan diri bersahabat baik dengan kompor (karena saya tahu nantinya akan selalu bermain dengan benda yang saya takuti sebelumnya ini). Sebenarnya, bukan kompornya yang saya takuti, namun beberapa tahun lalu saya sempat mengalami kejadian buruk dengan api yang menjadikan saya anti dengan hal-hal yang berhubungan dengan api. Dengan bantuan dia (suami saya), perlahan-lahan saya berani untuk menyalakan kompor. Dan sekarang, tanpa arahannya saya sudah bisa menyalakan kompor seorang diri (Horeeee ...=D). Ketika saya sudah berani bermain dengan kompor, sayapun belajar memasak. Saya mencatat berbagai resep masakan rumahan yang cukup mudah dan tidak memakan banyak waktu, dan kemudian mempraktekannya. Setiap hari masakan saya dinilainya dengan angka lalu saya evaluasi apa kekurangannya. 

Lalu saya berkenalan dengan mesin cuci, dia (suami saya) lagi yang mengajarkan saya perlahan-lahan. Tidak lelah dia mengajarkan saya, walaupun saya terkadang lupa lagi cara-cara yang dia berikan. Tetapi akhirnya saya bisa juga mengoperasikan mesin cuci tanpa arahannya lagi. 
Begitu juga dengan aktifitas lain, saya juga lagi-lagi diarahkan dia. "SAYA BISA KARENA TERBIASA....". "Kenapa ngga dari dulu yaa hidup mandiri?! Kenapa ngga dari dulu ngga nyusahin mama?! Kenapa dulu ngga pernah bantuin mama masak?! Kenapaa...?!" Itulah beberapa penyesalan saya setelah saya belajar melakukan aktifitas pekerjaan rumah seorang diri. 

Ternyata menyenangkan melakukan aktifitas Ibu Rumah Tangga jika dikerjakan dengan hati dan penuh tanggungjawab. Saya yakin proses belajar saya ini adalah ibadah. Mudah-mudahan Allah mencatatkan ini sebagai tambahan pahala saya, amiinn .. Namun satu lagi perasaan yang belum sempat saya rasakan, yakni merasakan menjadi seorang ibu .. =(( 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar